Senin, 14 Februari 2011

PENYELAMATAN ANAK KANDUNG


Di sebuah kerajaan yang amat luas, adalah seorang raja yang bernama Panji Suhartanto. Ia seorang raja yang tangguh Dan hebat, ia juga terkenal sebagai raja yang kaya raya, serta memiliki daerah kekuasaan yang sangat banyak. Hampir semua kerajaan yang ada di sekitar kerajaan itu sudah ditaklukannya.
Namun di balik kehebatannya itu, raja mempunyai sikap yang cukup aneh. Ia tidak mau melepaskan tahtanya, walaupun sudah 32 tahun berkuasa. Jangankan kepada orang lain, pada anaknya sendiri pun raja tidak mau mewariskan kekuasaan kerajaan itu. Untuk itu Raja Panji Suhartanto selalu berusaha keras menjaga kesehatannya, baik dengan olah raga, latihan perang, berburu atau pun minum jamu-jamuan tradisional. Sehingga semasa pemerintahannya raja jarang sekali sakit.
Raja Suhartanto mempunyai empat orang istri. Setiap istri-istrinya hamil, raja selalu gelisah, karena raja takut tahtanya akan direbut. Agar kekuasaannya tidak jatuh pada putra mahkota, maka setiap anak laki-laki yang lahir dari keempat permaisuri akan segera dibunuholeh raja. Namun raja akan membiarkan bayi itu terus hidup jika anak itu berjenis kelamin perempuan.
Suatu ketika, permaisuri yang keempat hamil. Permaisuri lainnya sangat cemas, anak itu akan segera dibunuh raja, jika yang terlahir adalah anak laki-laki, seperti anak-anak mereka terdahulu.
Delapan bulan sudah berlalu, perut permaisuri ke-4 semakin membesar. Pada saat bersamaan, raja harus pergi meninggalkan kerajaan untuk menghadiri pertemuan raja-raja di kerajaan seberang. Sebelum pergi raja berpesan pada patih dan permaisurinya, jika anakyang lahir itu laki-laki, maka mereka harus membunuhnya. Patih dan permaisuri pun hanya bisa menganggukan kepala mendengar titah itu.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Permaisuri ke-4 melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan. Di punggung anak itu terdapat sebuah tanda hitam yang berbentuk tombak. Karena takut dibunuh, para permaisuri pun sepakat untuk menghanyutkan anak itu ke sungai.
Malam harinya permaisuri memasukan bayi itu ke dalam sebuah labu  besar yang sudah dikosongkan isinya. Kemudian labu itu dihanyutkannya ke aliran sungai. Dan malam itu juga mereka menyembelih seekor kambing, lalu kambing itulah yang dikuburkan dan dibuat nisannya.
Keesokan harinya permaisuri kerajaan seberang sedang mandi di sungai. Tiba-tiba ia melihat sebuah labu besar, lalu dia berkata pada dayangnya,
“dayang.. kenapa di sungai ini tiba-tiba ada hanyut labu besar?”
“saya kurang tahu putri?” ujar dayang
“kalau begitu, bisakah kau mengambilkannya untukku?”
Dayang pun berusaha menjangkau labu besar itu kemudian memberikannya pada tuan putri.
Melihat isinya permaisuri jadi terkejut, “Siapakah kira-kira yang tega membuang bayi ini?” ujarnya membathin.
Akhirnya permaisuri membawa bayi itu ke istana. Sebab permaisuri itu sudah terlanjur suka memandang wajah bayi tersebut.
Bayi itu dididik dengan baik oleh raja dan permaisuri. Ia dijadikan anak angkat oleh raja yang memang tidak mempunyai anak laki-laki. Bayi itu pun kemudian diberi nama Tho Ming.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, pangeran Tho ming bertambah besar. Dia belajar segala macam ilmu. Misalnya, ilmu bela diri, berburu, memanah sampai ke ilmu ekonomi, pokoknya semua ilmu yang dibutuhkan seorang putra mahkota.
Semakin dewasa ia semakin gagah, tangguh dan cerdas. Akhirnya berkat kecerdasannya itu ia diangkat sebagai putra mahkota. Banyak kerajaan yang meminta bantuan penyelesaian masalah kerajaanya paa pangerang Tho Ming, atau hanya sekadar meminta nasehat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Ia dikenal sebagai pangeran yang cerdas. Tidak hanya di kerajaan itu namun sampai kekerajaan lain.
Sementara di kerajaan raja Panji Suhartanto sedang menghadapai masalah besar, kerajaan sedang dilanda krisis yang parah sekali, harga-hara makanan pokok melambung tinggi, harga bahan bakar minyak sangat mahal, sehingga masyarakat menderita kelaparan dan gizi buruk.
Hal ini membuat raja Raja Panji Suhartanto pusing tujuh keliling. Untuk mengatasi masalah itu, diadakanlah pertemuan pejabat-pejabat istana guna merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Sang patih kerajaan berkata “baginda raja, saya dengar di kerajaan seberang ada sebuah kerajaan yang sangat makmur dan maju. Kerajan itu punya seorang putra mahkota yang terkenal amat cerdas dan kaya raya. Bagaimana kalau kita minta bantuan pada pangeran itu?”
Raja pun berpikir sejenak, “baiklah, kalau begitu silahkan besok kau berangkat untuk menghadap kepadanya.” Titah raja pada sang patih.
Besok subuh, patih berangkat menuju kerajaan seberang. Sesampai di sana, dengan keyakinan dan percaya diri yang tinggi akhirnya patih mampu meyakinkan pangeran Tho Ming agar mau membantu kerajaan Raja Suhartannto.
Akhirnya pangeran Tho Ming bersedia membantu kerajaan Panji Suhartanto. Tapi dengan satu syarat kerajaan itu setengahnya akan menjadi miliknya.
Walaupun dengan berat hati, akhirnya Raja Panji Suhartanto mau menyetujui permintaan pangeran Tho Ming, apalagi raja berpikir dia sudah terlalu tua untuk menjalankan kerajaan ini selanjutnya.
Dengan segala teknik dan strategi akhirnya pangeran Tho Ming berhasil menyelesaikan krisis yang terjadi di kerajaan Raja Panji Suhartanto. Setelah keberhasilan itu Raja suhartanto mengundang Pangeran Thoming untuk  berkunjung dan menginap di kerajaannya.
Sesampai di kerajaan itu, awal pertemuan dengan permaisuri ke empat, permaisuri merasa ia sangat mengenali kalung yang ada di leher pangerang Tho Ming, namun ia belum yakin terhadap yang dilihatnya. Tanpa sengaja, setelah mandi pangeran berpapasan dengan permaisuri keempat. Tiba-tiba permaisuri melihat tanda hitam di punggung pemuda yang kebetulan tidak mengenakan baju tersebut.
Permaisuri keempat, yang ibu kandung Tho Ming barulah yakin bahwa pangeran Tho Ming adalah anak kandungnya yang telah di hanyutkan di sungai beberapa tahun silam.
kemudian apa yang di alami permaisuri ke empat itu diberitahukanya pada permaisuri pertama, kedua dan ketiga. Keempat permaisuri itu akhirnya memanggil Pangeran Thoming dan semua pejabat kerajaan termasuk Raja Suhartanto agar segera berkumpul membicarakan masalah tersebut.
Lalu diceritakan oleh keempat permaisuri apa yang terjadi beberapa tahun silam itu saat pangeran Tho Ming dilahirkan. Setelah mendengar cerita itu Raja Suhartanto akhirnya tersadarbahwa kekuasaan tidak bisa terus berada di tanganya, suatu hari nanti raja harus mewarisi kerajaannya pad oranglain. Ia juga menyadari bahwa tidak ada yang abadi diatas dunia kecuali perubahan, sikapnya yang dulu serakah, sombong, dan tinggi hati akhirnya musnah oleh kejadian krisis kerajaan dan aksi penyelamatan yang telah dilakukan oleh pangeran yang ternyata adalah anak landungnya.
Sehingga tanpa ragu-ragu lagi kekuasaan dijatuhkan pada pangeran Tho Ming. Dan raja pun mengakui kesalahanya. Akhirnya pangerang Tho Ming menjadi raja di dua kerajaan, satu milik ayah angkatnya dan satu lagi milik ayah kandungnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar