Namanya Sudir, ia seorang anak
yang rajin, baik hati, tidak sombong dan selalu ramah pada orang lain. Oleh
karena itulah setiap orang di kampungnya sangat menyayanginya. Namun sayang
kehidupannya sangat sederhana. Walaupun begitu ia tetap berbahagia.
Sudir tinggal di gubuk tua,
disebuah desa yang cukup terpencil dan jauh dari kota. Setiap sore Sudir selalu
menggembalakan kambing-kambingnya di padang rumput di sebelah utara desa.
Ayahnya dengan susah payah selalu merawat kebun-kebun sayurnya di samping
rumah, begitu juga ibunya selalu menanakkan nasi untuk makan mereka
sehari-hari.
Suatu hari sepulang
menggembalakan kambingnya, tiba-tiba kaki Sudir terantuk oleh suatu benda,
segera diambilnya bungkusan itu, tanpa pikir panjang benda itu dirabanya, barulah diketahuinya bahwa ia menemukan
beberapa butir mata. Dengan bergetar dan rasa bahagia yang tiada tara, langsung
saja dihitungnya mata-mata yang berada di tangannya. Ada lima butir mata.
Dua butir dipasangkannya pada
kedua rongga matanya. Lalu ia berjalan pulang dengan bahagianya. Tapi tiba-tiba
ia jadi termangu, dia baru menyadari kalau ia hanya memeiliki tiga butir mata
lagi, sementara ayahnya memerlukan dua mata begitu juga ibunya. Ia akhirnya
jadi bingung sendiri, kepada siapakah ia harus menyerahkan dua buah mata lagi,
jika ia serahkan pada ibunya maka ayahnya hanya akan memiliki satu mata
sementara tugas ayahnya sangat berat dalam mengurusi kebun-kebun sayurnya,
sementara itu jika dua buah mata ia serahkan pada ayahnya, maka ia merasa tidak
tega pada ibunya jika hanya memiliki satu mata saja. Jadilah Sudir semakin
bingung sendiri.
Sesampainya dirumah dia
langsung memangil ayah dan ibunya, lalu menyerahkan masing-masing satu buah
mata pada ayah dan ibunya. Mulai sekarang keluarga itu sudah bisa melihat walau
ayah dan ibu hanya punya masing-masing satu mata saja.
Sudir menjadi semakin bingung
sendiri, kepada siapa harus diserahkannya satu mata lagi. Sementara jika satu
mata lagi dibiarkanya tidak terpakai, hal itu akan mubazir. Karena sudah tidak
tahu lagi harus berbuat apa, dibukanya satu matanya kemudian diserahkan satu
pada ayahnya dan satu lagi pada ibunya. Demi ayah dan ibunya dia rela hanya
memakai satu mata saja katanya dalam hati.
Satu minggu berlalu, semuanya
berjalan seperti biasa, ayah bekerja di kebun, ibu mmemasak nasi di dapur dan Sudir
menggembalakan kambingnya, tentu saja semuanya berjalan lebih mudah karena
mereka sudah bisa melihat.
Oleh karena itulah timbul
keinginan dalam diri Sudir untuk pergi merantau untuk mengubah nasib
keluarganya, Sudir minta izin pada ibunya, awalnya permintaan Sudir itu tidak
disetujui ibunya, namun Sudir sudah bertekad untuk melakukan niat dihatinya
tersebut. Karena keinginan yang kuat itulah akhirnya ibunya menyetujui
permintaan anak semata wayangnya.
Besoknya pagi-pagi sekali Sudir
sudah berangkat meninggalkan rumah, dia merasa sedih sekali harus meninggakan
kedua orang tuanya. Dia berjalan melewati hutan-hutan belantara, hal itu
dilakukanya demi bisa menbahagiakan kedua orang tua yang sangat dicintainya.
Ketika melewati sebuah hutan,
tiba-tiba Sudir dikejutkan oleh pekik Ayam hutan. Mendengar itu Sudir langsung
saja mencari dimana letak sumber suara, ternyata suara itu tidak jauh dari
tempat Sudir berdiri. Alangkah terkejutnya Sudir ketika melihat ayam tersebut
sedang berada dalam cengkraman paruh burung elang. Melihat Sudir ada di situ,
si ayam langsung minta tolong sama Sudir, “hai manusia tolong lepaskan
cengkraman burung elang ini dari leherku,” kata Ayam dengan nada sedih.
Menyaksikan itu semua Sudir
tidak sampai hati, dia tentu tidak bisa membiarkan mahkluk itu teraniaya.
Karena Sudir merasa sesama makluk hidup itu harus tolong menolong. Sudir tidak
bisa membiarkan ayam itu mati dimakan oleh elang tersebut.
Akhirnya tanpa pikir panjang Sudir
langsung menolong si ayam dari cengkaraman burung elang sehingga si ayam bisa
tebebas. Karena ketakutan, si ayam langsung pergi setelah mengucapkan
terimakasih pada Sudir. Sekarang tinggallah berdua Sudir dan si elang yantg
sedang kelaparanan.
“karena kau telah melepaskan
dan membiarkan pergi makanan yang akan aku makan, maka aku meminta padamu untuk
memberikan sekepal daging pahamu untuk peganjal perutku ini. Kau tentu tidak
mau membiarkan aku mati kelaparankan? Ujar si elang sambil bertanya dengan nada
sedih.
Akhirnya dengan penuh keikhlasan
Sudir langsung menyayat daging pahanya untuk diberikan pada si elang. Setelah
perutnya kenyang, si elang memberikan selembar daun pada si Sudir, “usapkanlah
daun itu pada pahamu, agar darahnya berhenti dan luka itu segera sembuh.” Ujar
si elang. Ternyata benar, luka Sudir sekejab menghilang tanpa bekas. “Untuk kau
ketahui, daun yang kau pegang itu daun ajaib. Dia bisa menyembuhkan segala
macam penyakit.” Ujar si elang lagi. Kemudian Sudir pun mengusapkan daun itu
pada satu lagi matanya yang tidak bisa melihat, mata itu pun akhirnya bisa
sembuh dan dapat melihat dengan baik.
Setelah itu si elang langsung
pergi dan Sudir pun segera melanjutkan perjalanannya. Sampailah ia di sebuah
kerajaan, Sudir merasa sangat senang sekali karena telah lelah tinggal di hutan
selama di perjalanan. Tapi Sudir tidak menduga bahwa kerajaan itu sekarang
sedang dikutuk oleh seorang penyihir jahat. Di kerajaan itu orang-orang tidak
bisa merasakan perbedaan siang dan malam, sepanjang hari kerajaan tersebut
terus menerus gelap. Matahari tidak bisa muncul dari ufuk timur.
Sudir bigung apa yang harus
dilakukanya untuk menyelamatkan kerajaan tersebut. Tiga hari setelah itu, Sudir
mendengar sayembara dari raja. Barang siapa yang bisa memusnahkan kutukan
penyihir tersebut maka akan diberi hadiah, sebagai hadiahnya yaitu putri raja
yang cantik jelita.
Malamya saat Sudir sedang
tidur, dia pun bermimpi bertemu lagi dengan ayam hutan yang pernah
ditolongannya dulu, “Besok, pagi-pagi kau datang saja ke galanggang sayembara
itu, aku akan berkokok di sana, mudah-mudahan kutukan penyihir itu bisa hilang”
ujar si ayam.
Pagi-pagi Sudir pun datang ke galanggang, ayam pun menepati janjinya. Dia
berkokok dengan kerasnya, dan tak lama setelah itu, matahari yang
ditunggu-tunggu akhirnya mulai muncul dari ufuk timur. Sehingga semua penduduk
desa kini bisa merasakan siang lagi.
Melihat itu Sudir sangat berterima kasih pada ayam yang pernah
ditolongnya dulu, ternyata ayam itu adalah ayam jelmaan dewa. Sudir merasa
sangat senang bisa berbuat baik pada semua warga di sana dan terlebih lagi Sudir
bisa mendapatkan istri yang cantik Jelita, putri dari raja tersebut.
Karena raja sudah tua maka Sudir
dinobatkan sebagai pengganti raja tersebut. Sudir pun segera menjemput kedua orang tuanya di
desa dan mengajaknya tinggal bersamanya di istana. Akhirnya mereka semua hidup berbahagia. Keikhlasan
yang dilakukan Sudir benar-benar berbuah kebaikan untuk dirinya dan untuk
keluarganya.*** Mira Elfia