Sabtu, 14 November 2020

 

Modul

Cerita Rakyat (Hikayat)

 

Pengertian hikayat adalah suatu bentuk karya sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu lama yang berisikan tentang cerita, kisah, dan dongeng (Wikipedia).


Pada umumnya hikayat mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan kesaktian, keanehan serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan untuk hiburan, untuk membangkitkan semangat juang ataupun untuk pelipur lara.

            Menurut KBBI,  hikayat berarti karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang –undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, ataugabungan sifat- sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misalnya Hang Tuah, Perang Palembang, Seribu Satu Malam, dan lain- lain.

 

Berdasarkan isinya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

  • Jenis Rekaaan, misalnya Hikayat Malim Dewa.
  • Jenis Sejarah, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai dan lain sebagainya.
  • Jenis Biografi, misalnya Hikayat Abdullah, Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam dan lain sebagainya.

Berdasarkan asalnya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu sebagai berikut:

  • Pengaruh Melayu Asli, misalnya Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Si Miskin dan lain sebagainya.
  • Pengaruh Jawa, misalnya Hikayat Indera Jaya dan Hikayat Panji Semirang.
  • Pengaruh Hindia, misalnya Hikayat Sri Rama dan Hikayat Sang Boma
  • Pengaruh Arab-Persia, misalnya Hikayat Seribu Satu Malam dan lain sebagainya.

Berdasarkan nilai historis, hikayat dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

  • Hikayat berunsur Hindu, misalnya Hikayat Mahabharata dan Hikayat Sri Rama.
  • Hikayat berunsur Hindu-Islam, misalnya Hikayat Si Miskin dan Hikayat Jaya Lengkara.
  • Hikayat berunsur Islam, misalnya Hikayat jenis 1001 Malam (Abu Nawas).

Ciri-ciri hikayat. Salah satu karya sastra melayu lama yang berbentuk prosa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Anonim. Artinya pengarang hikayat pada umumnya tidak diketahui.
  • Istana Sentris. Artinya menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan kerajaan atau istana atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan istana.
  • Bersifat Statis. Artinya tetap atau tidak banyak terjadi perubahan.
  • Bersifat Tradisional. Artinya meneruskan budaya/tradisi/kebiasaan yang dianggap baik.
  • Bersifat Didaktis. Artinya mendidik baik didaktis secara moral maupun didaktis secara religi.
  • Bersifat Komunial. Artinya menjadi milik masyarakat.
  • Menggunakan Bahasa Klise. Artinya menggunakan bahasa yang diulang-ulang.
  • Menceritakan Kisah Universal Manusia. Artinya menceritakan kisah seperti peperangan antara yang baik dan yang jahat, dan akan dimenangkan oleh yang baik.
  • Bersifat Magis. Artinya pengarang akan membawa pembaca ke dunia khayal/imajinasi yang serba indah.
  • Pralogis. Artinya banyak cerita pada hikayat tidak dapat diterima oleh akal manusia.
  • Statis. Artinya bersifat kaku dan tetap.
  • Menggunakan Kata Arkhais. Artinya kata-kata yang saat ini sudah tidak lazim digunakan, seperti syahdan.

 

A. Unsur-Unsur Hikayat

1.      Alur (plot)

Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.

2.      Tema

Merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.

3.      Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

4.      Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.

5.      Latar (setting)

Latar (setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya suatu cerita

6.       Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca melalui karyanya.

 

 

HIKAYAT INDERA BANGSAWAN

Pada suatu hari Raja Indera Bungsu dari kerajaan Negeri Kobat Syahrial menginginkan anak. Beliau lantas mengutus orang - orang yang diperintah oleh patihnya untuk membaca do'a Qunut dan bersedekah kepada fakir miskin. Tak lama kemudian istrinya, Puteri Sitti Kendi hamil dan melahirkan putra kembar laki- laki. Putra yang sulung lahir dengan sebuah anak panah dan diberi nama Syah Peri. Putra yang bungsu lahir dengan sebilah pedang dan diberi nama Indera Bangsawan.

 

Sejak kecil kedua anak baginda itu dididik dengan baik. Mereka tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik. Saat usia mereka telah mencapai tujuh tahun, Raja Indera Bungsu memerintahkan kedua putranya untuk belajar mengaji kepada Mualim Sufian. Setelah beberapa lama, mereka belajar pula ilmu kesaktian dari guru mereka.

Sang ayah mulai bimbang untuk menentukan siapa yang pantas menggantikannya memerintah kerajaan. Kembimbangan itu karena kedua putranya sama- sama pandai dan berakhlak baik.


Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh perindu. Sang Raja sangat terpesona dengan buluh tersebut yang memiliki suara sangat merdu. Keesokan harinya, Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada kedua anaknya. Ia pun membuat sebuah sayembara untuk kedua putranya, barangsiapa yang bisa mendapat buluh perindu, dialah yang akan menggantikan dirinya untuk menjadi raja. Kedua putranya itu kemudian memohon kepada Baginda Raja untuk memulai pengembaraan mencari buluh perindu yang diinginkan ayahnya.


Dalam perjalanan mereka selalu bersama hingga suatu saat karena angin topan, hujan lebat, dan awan gelap gulita mereka jadi terpisah. Syah Peri berjalan dan terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman dan sebuah mahligai. Dalam mahligai itu, Syah Peri menemukan sebuah gendang. Dipukulinya gendang tersebut keras-keras. Pada saat dia sedang memukul gendang itu didengarnya suara lain yang berasal dari dalam gendang. Syah Peri lalu merobek gendang tersebut dengan pisaunya.

Betapa kagetnya Syah Peri karena dia mendapati seorang Putri dan dayang-dayang nya sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam gendang, Sang Putri bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh ayahnya untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantahkan kerajaan mereka.


Tak lama kemudian raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri. Syah Peri segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda. Raksasa Garuda itupun dapat dikalahkannya. Syah Peri selanjutnya menikahi Putri Ratna Sari dengan disaksikan oleh dayang-dayang Sang Putri.


Di lain tempat, Indera Bangsawan menemukan suatu padang yang tidak cukup luas. Di dalam padang itu terdapat sebuah gua yang dihuni oleh raksasa perempuan. Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan itu. Dijadikannya raksasa perempuan itu sebagai neneknya.

Selama mereka bersama, raksasa tersebut banyak memberikan pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa. Raksasa tersebut bercerita bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri antah berantah yang diperintah oleh Raja Kabir, sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa meminta Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut.


Raja Kabir akan menyerahkan putrinya, Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan oleh Buraksa. Setelah Indera Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan menyamar sebagai budak berambut keriting.


“Barangsiapa yang bisa membunuh Buraksa dan membawa mata dan hidungnya yang berjumlah tujuh, maka dia akan dinikahkan denga Puteri Kemala Sari” kata Raja Kabir.


Indera Bangsawan segera bergegas untuk mengejar dan mencari Buraksa tersebut. Dengan kepandainnya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu dari yang lain, dan akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan juga memotong mata dan hidung Buraksa yang berjumlah tujuh itu untuk dipersembahkan kepada Raja Kabir.


Sampai di istana Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir. Raja Kabir bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat itu juga Putri Kemla Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan.


Indera Bangsawan sudah mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, maka ia mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrial untuk menghadap ayahnya. Ternyata Indera Bangsawan mendadak jatuh sakit.


Di tempat berbeda Syah Peri beberapa hari tidak dapat tidur dengan nyenyak dan selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera Bangsawan sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah ia mencari Indera Bangsawan.

Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah Peri di kerajaan antah-berantah itu. Ia menemukan Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan ditemani istrinya. Syah Peri lalu berusaha untuk menyembuhkan Indera Bangsawan.


Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Peri dan istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrial. Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan langsung menyerahkan buluh perindu kepada sang ayah. Sang ayah bertambah bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk menggantikannya menjadi raja Kobat Syahrial.

Untuk membalas kebaikan hati kakaknya, Indera Bangsawan memberi Syah Peri sebuah batu hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Peri untuk dijadikan sebuah kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan. Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama saling bahu-membahu untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.

Unsur Intrinsik

1. Tema
Siapa menanam akan memetik hasilnya.

2. Tokoh

a)      Protagonis

Raja Indera Bungsu, Putri Sitti Kendi, Syah Peri, Indera Bangsawan, Mualin Sufian, Raksasa, Perempuan, Putri Ratna Sari, Putri Kemala Sari.

b)      Antagonis

Raksasa Garuda. 

c)      Tritagonis

Raja Kabir.

 

3.     Penokohan
a. Raja Indera Bungsu

Sabar dalam menghadapi ujian: selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.
Dermawan, suka tolong menolong, dan perhatian terhadap rakyatnya : beliau sering membagikan sedekah kepada fakir miskin.


Penyayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik.


b. Putri Siti Kendi

Sabar dan tawakal dalam menghadapi ujian : selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.


Sayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh denngan akhlak dan perilaku yang baik.


c. Syah Peri

Patuh kepada kedua orang tuanya: melaksanakan perintah Baginda Raja Indera Bungsu untuk mencari buluh perindu.


Perhatian dan pantang menyerah : selalu peduli dengan keadaan saudara kembarnya.Pemberani : berhasil mengalahkan raksasa Garuda untuk menyelamatkan Putri Ratna Sari dan dayang- dayang.Suka menolong : menyelamatkan Putri Ratna Sari dari serangan raksasa Garuda dan berusaha menyembuhkan Indera Bangsawan.


d. Indera Bangsawan

Patuh kepada kedua orang tua : melaksanakan perintah Baginda Raja untuk mencari buluh perindu.

Pantang menyerah : berhasil mendapatkan buluh perindu dan berusaha mengejar melawan raksasa Buraksa.

Pemberani dan suka menolong : berhasil mengalahkan raksasa Buraksa untuk menyelamatkan Putri Kemala Sari, dan rakyat Raja Kabir.

Menghargai usaha orang lain : memberikan Batu Khitmat kepada Syah Peri untuk membalas kebaikan Syah Peri yang telah menyelamatkan nyawanya.


e. Mualin Sufian

Suka menolong : mau mengajarkan berbagai ilmu yang ia miliki kepada kedua putra Baginda Raja Indera Bungsu.


f. Raksasa Garuda

Jahat : menyerang negra Putri Ratna Sari.


g. Putri Ratna Sari

Suka menolong : menolong dayang- dayangnya dari serangan raksasa Garuda dengan bersembunyi di dalam gendang.


h. Putri Kemala Sari

Patuh kepada kedua orang tua : mau dijadikan upeti oleh sang ayah, Raja Kabir.
i. Raksasa Perempuan

Suka menolong : banyak memberikan pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa kepada Indera Bangsawan.


j. Raksasa Buraksa

Jahat : meluluh lantakkan negara yang dimpin Raja Kabir.


k. Raja Kabir


Mudah menyerah : :takluk kepada raksasa dan akan menyerahkan putrinya sebagai upeti kepada raksasa Buraksa


            4. Latar/ setting

a.       Latar tempat

Negeri Kobat Syarial : kerajaan yang dipimpin Baginda Raja Indera Bugsu.
Di hutan : Syah Peri dan Indera Bungsu pergi ke hutan utnuk mencari buluh perindu.
Disebuah taman : Syah Peri bertemu dan menyelamatkan Putri Ratna Sari dan dayang- dayangnya dari serangan raksasa Garuda.

Di gua : Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan di gua kemudian dijadikannya sebagai neneknya.

Negeri antah berantah : negeri yang dipimpin Raja Kabir yang pada saat itu tengah diserang raksasa Buraksa.


b. Latar waktu

Peristiwa dalam kutipan hikayat terjadi pada keseluruhan waktu (pagi, siang, sore, dan malam).


c. Latar suasana

Bahagia : Syah Peri dan Putri Ratna Sari beserta dayang- dayangnya selamat dari serangan raksasa Garuda yang telah dikalahkan Syah Peri; Indera Bangsawan dapat mengalahkan Buraksa dan hidup bahagia bersama Putri Kemala Sari; Indera Bangsawan berhasil mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, dan kembali ke negeri Kobat Sayhrial dengan selamat; Indera Bangsawan dinobatkan menjadi raja Kobat Syahrial menggantikan ayahnya;dan Syah Peri dengan kerajaanya.


Sedih : di tengah perjalanan dalam mencari buluh perindu Syah Peri dan Indera Bangsawan terpisah karena angin topan, hujan lebat dan awan yang gelap gulita. Pada saat itu Putri Ratna Sari diserang raksasa Garuda, dan negara Raja Kabir diserang raksasa Buraksa; Indera Bangsawan tiba- tiba jatuh sakit.


5. Sudut pandang

Orang ketiga serba tahu.


6. Alur

Alur pada hikayat tersebut adalah alur maju. Alasannya karena hikayat menceritakan awal raja Indera Bungsu yang tidak memiliki anak, Indra Bangsawan diasuh oleh raksasa dan dianggap sebagai neneknya sampai akhirnya Indra Bangsawan menyamar menjadi budak berambut keriting sebagai Si Hutan masuk di kerajaan antah berantah. Dengan kepandaian yang dimiliki Indra Bangsawan , Buraksa dapat dikalahkan. Pada akhirnya indra Bangsawan dihadiahi oleh Raja Kabir utuk menjadi suami Putri Kemala Sari.


7. Amanat

a. Hendaklah kita selalu mengingat Allah SWT.

b. Hendaklah kita saling tolong- menolong.

c. Hendaklah kita tidak mudah menyerah.

d. Hendaklah kita selalu bersikap sportif dan jujur. 

 

B.   B. Nilai – nilai yang terkandung dalam hikayat Indera Bangsawan

Nilai

Konsep Nilai

Kutipan Teks

 

 

 

Agama

Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya.

Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir miskin.

Pasrah kepada Tuhan setelah berusaha.

Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat – kuatnya.

 

Sosial

Tidak melihat perbedaan status sosial.

Si kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan putri menerimanya dengan senang hati.

 

Sosial

Membantu orang – orang yang berada dalam posisi kesulitan.

Dengan segera syah peri mengeluarkan dayang dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Budaya

Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya.

Maka bagindaa pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat ; ia mencertitakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya : barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Mencari jodoh putrinya dengan cara mengadakan sayembara atau semacam perlombaan untuk menunjukkan yang terkuat dan terhebat.

Adapun raja kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa raja kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh buraksa ituakan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.

Moral

Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.

Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang dikiranya susu harimau beranak muda itu.

Memperdaya orang yang tidak berusaha.

Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat.

Edukasi

Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil.

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun yang dititahkan pergi mengaji kepada mualim sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka ditittah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

 

 

C.   C. Konjungsi yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawan

Konjungsi yang terdapat dalam hikayat indera bangsawan meliputi :

·         Konjungsi Koordinatif            : dan, tetapi, atau.

·         Konjungsi Subordinatif          : jika, sesudah, setelah, sementara, agar, supaya,      seperti, karena, hingga, bahwa.

·         Konjungsi Korelatif                : baik….., maupun….., tidak hanya…., tetapi,…..

 

D.  D. Majas yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawan

Majas yang terdapat dalam hikayat indera bangsawan adalah :

·         Majas Metafora

Kalimat : Tuan Putri terharu akan kesetiaannya dan menamainya si kembar.

 



Sumber: Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar