Modul
Cerita Rakyat (Hikayat)
Pengertian
hikayat adalah suatu bentuk karya sastra
prosa, terutama dalam Bahasa Melayu lama yang berisikan tentang cerita, kisah,
dan dongeng (Wikipedia).
Pada umumnya hikayat mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang lengkap dengan kesaktian, keanehan serta mukjizat tokoh utama. Sebuah
hikayat dibacakan untuk hiburan, untuk membangkitkan semangat juang ataupun
untuk pelipur lara.
Menurut KBBI, hikayat berarti karya sastra lama Melayu
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang –undang, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografis, ataugabungan sifat- sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta, misalnya Hang Tuah, Perang Palembang, Seribu Satu Malam, dan lain- lain.
Berdasarkan isinya, hikayat dapat
digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
- Jenis Rekaaan, misalnya Hikayat Malim Dewa.
- Jenis Sejarah, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Raja-Raja Pasai dan lain sebagainya.
- Jenis Biografi, misalnya Hikayat Abdullah, Hikayat
Sultan Ibrahim bin Adam dan lain sebagainya.
Berdasarkan asalnya, hikayat dapat
digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
- Pengaruh Melayu Asli, misalnya Hikayat Indera
Bangsawan, Hikayat Si Miskin dan lain sebagainya.
- Pengaruh Jawa, misalnya Hikayat Indera Jaya dan Hikayat
Panji Semirang.
- Pengaruh Hindia, misalnya Hikayat Sri Rama dan Hikayat
Sang Boma
- Pengaruh Arab-Persia, misalnya Hikayat Seribu Satu
Malam dan lain sebagainya.
Berdasarkan nilai historis, hikayat
dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
- Hikayat berunsur Hindu, misalnya Hikayat Mahabharata
dan Hikayat Sri Rama.
- Hikayat berunsur Hindu-Islam, misalnya Hikayat Si
Miskin dan Hikayat Jaya Lengkara.
- Hikayat berunsur Islam, misalnya Hikayat jenis 1001
Malam (Abu Nawas).
Ciri-ciri hikayat. Salah satu karya
sastra melayu lama yang berbentuk prosa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Anonim. Artinya pengarang hikayat pada umumnya tidak
diketahui.
- Istana Sentris. Artinya menceritakan tokoh yang
berkaitan dengan kehidupan kerajaan atau istana atau pusat ceritanya
berada didalam lingkungan istana.
- Bersifat Statis. Artinya tetap atau tidak banyak
terjadi perubahan.
- Bersifat Tradisional. Artinya meneruskan budaya/tradisi/kebiasaan
yang dianggap baik.
- Bersifat Didaktis. Artinya mendidik baik didaktis
secara moral maupun didaktis secara religi.
- Bersifat Komunial. Artinya menjadi milik masyarakat.
- Menggunakan Bahasa Klise. Artinya menggunakan bahasa
yang diulang-ulang.
- Menceritakan Kisah Universal Manusia. Artinya
menceritakan kisah seperti peperangan antara yang baik dan yang jahat, dan
akan dimenangkan oleh yang baik.
- Bersifat Magis. Artinya pengarang akan membawa pembaca
ke dunia khayal/imajinasi yang serba indah.
- Pralogis. Artinya banyak cerita pada hikayat tidak
dapat diterima oleh akal manusia.
- Statis. Artinya bersifat kaku dan tetap.
- Menggunakan Kata Arkhais. Artinya kata-kata yang saat
ini sudah tidak lazim digunakan, seperti syahdan.
A. Unsur-Unsur Hikayat
1.
Alur (plot)
Merupakan
pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
2.
Tema
Merupakan
inti atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh
pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan,
dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia
rekaan yang diciptakannya.
3.
Penokohan
Penokohan
adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita.
4.
Sudut Pandang
Sudut
pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
5.
Latar (setting)
Latar
(setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya suatu cerita
6.
Amanat
Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang
pada pembaca melalui karyanya.
HIKAYAT
INDERA BANGSAWAN
Pada suatu hari Raja Indera Bungsu
dari kerajaan Negeri Kobat Syahrial menginginkan anak. Beliau lantas mengutus
orang - orang yang diperintah oleh patihnya untuk membaca do'a Qunut dan
bersedekah kepada fakir miskin. Tak lama kemudian istrinya, Puteri Sitti Kendi
hamil dan melahirkan putra kembar laki- laki. Putra yang sulung lahir dengan
sebuah anak panah dan diberi nama Syah Peri. Putra yang bungsu lahir dengan
sebilah pedang dan diberi nama Indera Bangsawan.
Sejak
kecil kedua anak baginda itu dididik dengan baik. Mereka tumbuh dengan akhlak
dan perilaku yang baik. Saat usia mereka telah mencapai tujuh tahun, Raja
Indera Bungsu memerintahkan kedua putranya untuk belajar mengaji kepada Mualim
Sufian. Setelah beberapa lama, mereka belajar pula ilmu kesaktian dari guru
mereka.
Sang
ayah mulai bimbang untuk menentukan siapa yang pantas menggantikannya
memerintah kerajaan. Kembimbangan itu karena kedua putranya sama- sama pandai
dan berakhlak baik.
Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh perindu. Sang Raja
sangat terpesona dengan buluh tersebut yang memiliki suara sangat merdu.
Keesokan harinya, Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada kedua
anaknya. Ia pun membuat sebuah sayembara untuk kedua putranya, barangsiapa yang
bisa mendapat buluh perindu, dialah yang akan menggantikan dirinya untuk
menjadi raja. Kedua putranya itu kemudian memohon kepada Baginda Raja untuk
memulai pengembaraan mencari buluh perindu yang diinginkan ayahnya.
Dalam perjalanan mereka selalu bersama hingga suatu saat karena angin topan,
hujan lebat, dan awan gelap gulita mereka jadi terpisah. Syah Peri berjalan dan
terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman dan sebuah mahligai. Dalam
mahligai itu, Syah Peri menemukan sebuah gendang. Dipukulinya gendang tersebut
keras-keras. Pada saat dia sedang memukul gendang itu didengarnya suara lain
yang berasal dari dalam gendang. Syah Peri lalu merobek gendang tersebut dengan
pisaunya.
Betapa
kagetnya Syah Peri karena dia mendapati seorang Putri dan dayang-dayang nya
sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam gendang,
Sang Putri bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh ayahnya
untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantahkan kerajaan
mereka.
Tak lama kemudian raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri. Syah Peri
segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda. Raksasa
Garuda itupun dapat dikalahkannya. Syah Peri selanjutnya menikahi Putri Ratna
Sari dengan disaksikan oleh dayang-dayang Sang Putri.
Di lain tempat, Indera Bangsawan menemukan suatu padang yang tidak cukup luas.
Di dalam padang itu terdapat sebuah gua yang dihuni oleh raksasa perempuan.
Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan itu. Dijadikannya raksasa
perempuan itu sebagai neneknya.
Selama mereka bersama, raksasa tersebut banyak memberikan pengalaman baiknya,
memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata
berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa. Raksasa tersebut bercerita bahwa
Indera Bangsawan sedang berada di negeri antah berantah yang diperintah oleh
Raja Kabir, sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa meminta
Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut.
Raja Kabir akan menyerahkan putrinya, Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai
upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan oleh Buraksa. Setelah Indera
Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan menyamar sebagai budak
berambut keriting.
“Barangsiapa yang bisa membunuh Buraksa dan membawa mata dan hidungnya yang
berjumlah tujuh, maka dia akan dinikahkan denga Puteri Kemala Sari” kata Raja
Kabir.
Indera Bangsawan segera bergegas untuk mengejar dan mencari Buraksa tersebut.
Dengan kepandainnya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu
dari yang lain, dan akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan
juga memotong mata dan hidung Buraksa yang berjumlah tujuh itu untuk
dipersembahkan kepada Raja Kabir.
Sampai di istana Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir. Raja Kabir
bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat itu juga
Putri Kemla Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan.
Indera Bangsawan sudah mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, maka
ia mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrial untuk menghadap
ayahnya. Ternyata Indera Bangsawan mendadak jatuh sakit.
Di tempat berbeda Syah Peri beberapa hari tidak dapat tidur dengan nyenyak dan
selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera Bangsawan
sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah ia mencari
Indera Bangsawan.
Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah Peri di kerajaan antah-berantah
itu. Ia menemukan Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan
ditemani istrinya. Syah Peri lalu berusaha untuk menyembuhkan Indera Bangsawan.
Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Peri dan
istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk kembali ke
kerajaan Kobat Syahrial. Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat
kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan
langsung menyerahkan buluh perindu kepada sang ayah. Sang ayah bertambah
bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk
menggantikannya menjadi raja Kobat Syahrial.
Untuk
membalas kebaikan hati kakaknya, Indera Bangsawan memberi Syah Peri sebuah batu
hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Peri untuk dijadikan
sebuah kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan
kerajaan. Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama saling bahu-membahu
untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Siapa menanam akan memetik hasilnya.
2.
Tokoh
a)
Protagonis
Raja Indera Bungsu, Putri Sitti
Kendi, Syah Peri, Indera Bangsawan, Mualin Sufian, Raksasa, Perempuan, Putri
Ratna Sari, Putri Kemala Sari.
b)
Antagonis
Raksasa Garuda.
c)
Tritagonis
Raja Kabir.
3. Penokohan
a. Raja Indera Bungsu
Sabar dalam menghadapi ujian: selalu
berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.
Dermawan, suka tolong menolong, dan perhatian terhadap rakyatnya : beliau
sering membagikan sedekah kepada fakir miskin.
Penyayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan
baik sehingga tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik.
b. Putri Siti Kendi
Sabar dan tawakal dalam menghadapi
ujian : selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.
Sayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan
baik sehingga tumbuh denngan akhlak dan perilaku yang baik.
c. Syah Peri
Patuh kepada kedua orang tuanya:
melaksanakan perintah Baginda Raja Indera Bungsu untuk mencari buluh perindu.
Perhatian dan pantang menyerah : selalu peduli dengan keadaan saudara
kembarnya.Pemberani : berhasil mengalahkan raksasa Garuda untuk menyelamatkan
Putri Ratna Sari dan dayang- dayang.Suka menolong : menyelamatkan Putri Ratna
Sari dari serangan raksasa Garuda dan berusaha menyembuhkan Indera Bangsawan.
d. Indera Bangsawan
Patuh kepada kedua orang tua :
melaksanakan perintah Baginda Raja untuk mencari buluh perindu.
Pantang menyerah : berhasil
mendapatkan buluh perindu dan berusaha mengejar melawan raksasa Buraksa.
Pemberani dan suka menolong :
berhasil mengalahkan raksasa Buraksa untuk menyelamatkan Putri Kemala Sari, dan
rakyat Raja Kabir.
Menghargai usaha orang lain :
memberikan Batu Khitmat kepada Syah Peri untuk membalas kebaikan Syah Peri yang
telah menyelamatkan nyawanya.
e. Mualin Sufian
Suka menolong : mau mengajarkan
berbagai ilmu yang ia miliki kepada kedua putra Baginda Raja Indera Bungsu.
f. Raksasa Garuda
Jahat : menyerang negra Putri Ratna
Sari.
g. Putri Ratna Sari
Suka menolong : menolong dayang-
dayangnya dari serangan raksasa Garuda dengan bersembunyi di dalam gendang.
h. Putri Kemala Sari
Patuh kepada kedua orang tua : mau
dijadikan upeti oleh sang ayah, Raja Kabir.
i. Raksasa Perempuan
Suka menolong : banyak memberikan
pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan
memberikan sebuah senjata berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa kepada
Indera Bangsawan.
j. Raksasa Buraksa
Jahat : meluluh lantakkan negara
yang dimpin Raja Kabir.
k. Raja Kabir
Mudah menyerah : :takluk kepada raksasa dan akan menyerahkan putrinya sebagai
upeti kepada raksasa Buraksa
4. Latar/ setting
a.
Latar tempat
Negeri
Kobat Syarial : kerajaan yang dipimpin Baginda Raja Indera Bugsu.
Di hutan : Syah Peri dan Indera Bungsu pergi ke hutan utnuk mencari buluh perindu.
Disebuah taman : Syah Peri bertemu dan menyelamatkan Putri Ratna Sari dan
dayang- dayangnya dari serangan raksasa Garuda.
Di
gua : Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan di gua kemudian
dijadikannya sebagai neneknya.
Negeri
antah berantah : negeri yang dipimpin Raja Kabir yang pada saat itu tengah
diserang raksasa Buraksa.
b. Latar waktu
Peristiwa
dalam kutipan hikayat terjadi pada keseluruhan waktu (pagi, siang, sore, dan
malam).
c. Latar suasana
Bahagia
: Syah Peri dan Putri Ratna Sari beserta dayang- dayangnya selamat dari
serangan raksasa Garuda yang telah dikalahkan Syah Peri; Indera Bangsawan dapat
mengalahkan Buraksa dan hidup bahagia bersama Putri Kemala Sari; Indera
Bangsawan berhasil mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, dan
kembali ke negeri Kobat Sayhrial dengan selamat; Indera Bangsawan dinobatkan
menjadi raja Kobat Syahrial menggantikan ayahnya;dan Syah Peri dengan
kerajaanya.
Sedih : di tengah perjalanan dalam mencari buluh perindu Syah Peri dan Indera
Bangsawan terpisah karena angin topan, hujan lebat dan awan yang gelap gulita.
Pada saat itu Putri Ratna Sari diserang raksasa Garuda, dan negara Raja Kabir
diserang raksasa Buraksa; Indera Bangsawan tiba- tiba jatuh sakit.
5. Sudut pandang
Orang
ketiga serba tahu.
6. Alur
Alur
pada hikayat tersebut adalah alur maju. Alasannya karena hikayat menceritakan
awal raja Indera Bungsu yang tidak memiliki anak, Indra Bangsawan diasuh oleh
raksasa dan dianggap sebagai neneknya sampai akhirnya Indra Bangsawan menyamar
menjadi budak berambut keriting sebagai Si Hutan masuk di kerajaan antah
berantah. Dengan kepandaian yang dimiliki Indra Bangsawan , Buraksa dapat
dikalahkan. Pada akhirnya indra Bangsawan dihadiahi oleh Raja Kabir utuk
menjadi suami Putri Kemala Sari.
7. Amanat
a.
Hendaklah kita selalu mengingat Allah SWT.
b.
Hendaklah kita saling tolong- menolong.
c.
Hendaklah kita tidak mudah menyerah.
d.
Hendaklah kita selalu bersikap sportif dan jujur.
B. B. Nilai – nilai yang terkandung dalam hikayat Indera Bangsawan
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
|||
Agama |
Memohon kepada Tuhan dengan berdoa
dan bersedekah agar dimudahkan urusannya. |
Maka pada suatu hari, ia pun
menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir miskin. |
|||
Pasrah kepada Tuhan setelah
berusaha. |
Maka ia pun menyerahkan dirinya
kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat – kuatnya. |
||||
Sosial |
Tidak melihat perbedaan status
sosial. |
Si kembar menolak dengan
mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan putri menerimanya dengan
senang hati. |
|||
Sosial |
Membantu orang – orang yang berada
dalam posisi kesulitan. |
Dengan segera syah peri
mengeluarkan dayang dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu
dibunuhnya. |
|||
Budaya |
Raja ditunjuk berdasarkan
keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu
siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya. |
Maka bagindaa pun bimbanglah,
tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang
itu sama sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat ; ia mencertitakan
kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang
berkata kepadanya : barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang
dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. |
|||
Mencari jodoh putrinya dengan cara
mengadakan sayembara atau semacam perlombaan untuk menunjukkan yang terkuat
dan terhebat. |
Adapun raja kabir itu takluk
kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai
upeti. Kalau tiada demikian, negeri akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa raja kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang
dapat membunuh buraksa ituakan dinikahkan dengan anak perempuannya yang
terlalu elok parasnya itu. |
||||
Moral |
Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan
sesuatu. |
Hatta datanglah kesembilan orang
anak raja meminta susu kambing yang dikiranya susu harimau beranak muda itu. |
|||
Memperdaya orang yang tidak
berusaha. |
Indera Bangsawan berkata susu itu
tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan
pahanya diselit besi hangat. |
||||
Edukasi |
Kewajiban belajar ilmu agama sejak
usia kecil. |
Maka anakanda baginda yang dua
orang itu pun sampailah usia tujuh tahun yang dititahkan pergi mengaji kepada
mualim sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka ditittah pula mengaji kitab usul,
fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. |
|||
|
|||||
C. C. Konjungsi yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawan
Konjungsi yang terdapat dalam
hikayat indera bangsawan meliputi :
·
Konjungsi Koordinatif
: dan, tetapi,
atau.
·
Konjungsi Subordinatif
: jika, sesudah, setelah,
sementara, agar, supaya, seperti, karena, hingga,
bahwa.
·
Konjungsi Korelatif
: baik….., maupun….., tidak hanya…., tetapi,…..
D. D. Majas yang terdapat dalam Hikayat Indera Bangsawan
Majas yang terdapat dalam hikayat
indera bangsawan adalah :
·
Majas Metafora
Kalimat : Tuan Putri terharu akan
kesetiaannya dan menamainya si kembar.